Wednesday, October 3, 2012

Kolaborasi Hijau Converse & Missoni

Untuk koleksi terbarunya, Converse tak ingin main-main! Dengan menggandeng Missoni (yang juga baru berkolaborasi dengan Havaianas membuat flip flop ramah lingkungan) lewat "Converse x Missoni Archive Project", lahirlah 20 one-of-a-kind sneakers yang materialnya menggunakan bahan sisa produksi Missoni.

Produk ini diresmikan saat Paris Fashion Week lalu lewat instalasinya di Colette, Paris. Kolaborasi ini sekarang dalam musim keenamnya.

Adalah Gary Card, desainer dan ilustrator asal London yang membuat motif sepatu, termasuk motif monokrom pola zigzag khas rumah mode Italia tersebut.

Produk ini merupakan limited edition, dan tersedia secara ekslusif di Colette dalam ukuran US 5 sampai 12. Atas nama craftsmanship, sepatu yang berwarna cerah dan punya sentuhan ekletik ini dihargai 400 euro per pasang.


Kalau lihat koleksinya, Anda pasti berpendapat sama dengan kami: "Wajib punya!"




Foto: Courtesy of Converse

Sunday, September 23, 2012

Damn! I Love Indonesia Goes Green!

Setelah sukses dengan kampanye "One Tee One Tree" (penggunaan bahan organik pada T-shirt, hangtag daur ulang, dan biji pohon dalam setiap baju organik) pada bulan Maret lalu, Damn! I Love Indonesia kembali membuat aksi hijau dengan meluncurkan "Organic Series" Damn! I Love Green Indonesia (DIGRI) Tote Bag pada bulan Agustus lalu.

Tote Bag ini dipastikan ramah lingkungan, yang terbuat dari bahan dasar cotton kanvas kualitas tinggi--dan sebagai bonus--dengan desain yang modern. Ya, dengan ini, Anda bisa tetap stylish dan merasa lebih baik karena peduli terhadap lingkungan.

Tersedia di gerai-gerai Damn! I Love Indonesia. So, what are you waiting for? Go green makes you feel better. Trust us!


Tote Bag Damn! I Love Green Indonesia (Courtesy of Damn! I Love Indonesia)

Wednesday, September 19, 2012

Poin Penting Vivienne Westwood

Desainer eksentrik asal Inggris, Vivienne Westwood, kembali menjadi pusat perhatian saat show-nya digelar di London Fashion Week. Lewat salah satu labelnya, Red Label, Vivienne menjadikannya sebagai sarana untuk menyuarakan tentang climate change (perubahan iklim).

Vivienne Westwood, Red Label 2013 Spring Collection, London Fashion Week 2012

Dia sendiri tampil mengenakan T-shirt yang bertuliskan 'Climate Revolution' saat finale. Menurutnya, 'perang' melawan perubahan iklim tidak lagi menyangkut si kaya dan si miskin, namun antara si bodoh dan si eco-conscious. Dunia membutuhkan revolusi dan rencana operasi.

Beberapa poin yang digadang-gadangkan Vivienne antara lain:
1. Perubahan dimulai dari penggunaan uangmu. Mungkin Anda bisa menyumbangkan kepada NGO atau badan tertentu. Atau Anda juga bisa membantu dengan cara lain
2. Kualitas vs kuantitas
3. Kurangi membeli, pilih baik-baik, dan jaga supaya awet
4. Buat makanan Anda sendiri
5. Kurangi (dengan drastis!) penggunaan plastik
6. Edukasi dan terus informasikan diri Anda sendiri
7. Pertimbangkan baik-baik jika Anda menginginkan anak, atau tidak. Berkaitan dengan kelangsungan hidup.
8. Berperan aktif dalam event yang berhubungan dengan lingkungan
9. Ikut serta dalam seni dan budaya
10. Berikan ide Anda sendiri.

Sumber: Ecouterre

Plastic Meets Natural Fiber


Apa ini... Plastik? Serat alami? Dibuat handmade oleh suku Aeta, yang merupakan salah satu suku asli Filipina, tempat sampah mini adalah gabungan dari keduanya.

Alam vs buatan manusia bisa menjadi sebuah penjajaran visual yang aneh, yaitu tempat sampah hibrida yang meleburkan cutting-edge vision dengan kerajinan dari pengrajin tradisional. Tempat sampah unik ini dibuat untuk Areaware, yang produk-produknya sendiri kebanyakan modern sekaligus unik dan edgy.

Tempat sampah ini dibuat dengan teknik tenun keranjang tradisional. Rotan yang digunakan berasal dari hutan leluhur--yang sekarang telah dibudidayakan secara komersil, untuk melindungi daerah asli mereka dari para penebang dan perusahaan pertambangan. Karya mereka ini merupakan suatu bentuk dari program fair-trade, untuk memastikan bahwa karya mereka dihargai dengan pantas, sekaligus melindungi kesejahteraan meraka.


Produk ini dihargai $45-55.


Sumber: Ecouterre


Saturday, July 28, 2012

Mungkinkah menjadi Ramadan yang ramah lingkungan?

Bulan Ramadan ini, banyak Muslim yang tidak hanya fokus pada ibadahnya, namun sekaligus berusaha memberikan dampaknya terhadap Bumi. Hal ini penting karena kita sudah tahu banyak tentang efek dari pemanasan global, berkurangnya sumber daya, dan yang paling penting menurunnya akses air bersih di seluruh dunia--yang beberapa tahun belakangan menjadi kekhawatiran terbesar di berbagai negara dunia.

Berdasarkan perintah Allah SWT, para Muslim berpuasa, menahan lapar dan haus (serta hawa nafsu) dari mulai matahari terbit sampai matahari tenggelam selama bulan Ramadan.  Selain puasa, orang Islam di seluruh dunia juga bercita-cita untuk mencapai kepuasan spiritual dan menjadi lebih dekat dengan pencipta-Nya melalui doa-doa, ibadah, membantu sesama, dan refleksi diri. Saat puasa adalah aspek terpenting dari Ramadan, ini juga saat yang tepat untuk lebih menyadari prinsip-prinsip universal dari belas kasih, kasih sayang, dan penghargaan terhadap Bumi sebagai tempat di mana kita tinggal dan memperjuangkan kehidupan yang layak.

Dalam kitab suci Al-Qur'an, Allah SWT berfirman, bahwa Dia telah menempatkan manusia sebagai "khalifah di Bumi" (Al-Baqarah: 30). Dengan demikian, umat Islam percaya bahwa manusia juga bertugas untuk melindungi, menyayangi, merawat, dan menghormati Bumi dan semua ciptaan Tuhan di dalamnya. Nabi Muhammad SAW berkata, bahwa jika akhir dunia datang ketika kita sedang menanam pohon, maka kita harus melanjutkannya.

Selama bulan suci Ramadan, umat Muslim di Amerika Serikat (AS)  telah menemukan cara untuk membuat Ramadan lebih 'hijau', atau lingkungan yang berkelanjutan, dan mengurangi dampak negatif terhadap Bumi saat berbuka puasa. Ya, saat berbuka memegang peranan penting untuk menjadikan Ramadan lebih ramah lingkungan.

Sepanjang bulan Ramadan, banyak dari umat Islam yang berkumpul bersama keluarga, teman, atau komunitas tertentu untuk berbuka bersama. Bisa dilakukan di masjid, rumah, atau restoran. Sudah banyak Muslim yang menyelenggarakan 'green Iftar' atau bisa dibilang 'zero trash Iftar', yang berusaha memberikan alternatif untuk membuang ratusan piring, gelas, peralatan makan dan minum sekali pakai. Diusahakan, bahwa material yang ada saat berbuka puasa menggunakan bahan yang bisa digunakan kembali (reuse) atau yang dapat didaur ulang (recycle)--dengan tujuan menghindari terlalu banyak sampah.

Beberapa masjid di AS di Virginia Utara, seperti masjid Dar Al Hijrah dan Adams Center, mengajarkan para anggotanya tentang pentingnya kelestarian lingkungan dan juga telah menyiapkan program daur ulang.

Banyak juga Muslim lainnya yang mengambil tindakan sesuai pilihannya sendiri, berjuang untuk hidup seramah lingkungan mungkin dalam kehidupannya sehari-hari. Tidak sedikit yang melakukan anjuran Nabi, bahwa umat Islam hanya mengisi sepertiga perut mereka dengan makanan, dan sepertiga lainnya untuk minuman, dan sepertiga sisanya diisi dengan udara--meminimalisir asupan yang dikonsumsi. Banyak juga yang berupaya untuk menghemat air sampai tetes terakhir, khususnya ketika mengambil air wudhu sebelum beribadah.

Sebagai tambahan untuk menghindari pemborosan makanan dan air, banyak umat Islam yang juga mengambil stok dari harta benda yang dimiliki, dan merenungkan apa yang sebenarnya benar-benar dibutuhkan, dan bagaimana pola konsumsi mereka dapat memberikan dampak pada lingkungan sekitar.

Selanjutnya, satu pertanyaan besar muncul, "Apa poin penting dari berpuasa di bulan Ramadan kalau tindakan dan kata-kata kita tidak berubah?".

Meskipun banyak nilai-nilai spiritual yang berusaha dicapai banyak umat Muslim selama Ramadan, nilai-nilai kesadaran dan keledulian akan lingkungan juga tak kalah penting. 

Sekarang sudah waktunya untuk kita mendorong diri kita sendiri, dan orang-orang yang ada di sekitar kita, untuk menjadi 'pejuang Bumi' dan hidup sebagai individu yang penuh kasih dan menghargai terhadap beragam ciptaan indah Allah SWT di muka Bumi. Sebagai manusia, kita bertanggung jawab untuk lingkungan di sekitar kita, dan kita pun punya kewajiban untuk memberika  perubahan yang lebih baik.

Happy fasting!

Sumber: MidEastPost

Monday, June 25, 2012

Kolaborasi apik Missoni & Havaianas

Missoni + Havaianas

Missoni, luxury brand asal Italia, kembali berkolaborasi dengan brand flip-flops ternama, Havaianas, dalam memproduksi sandal-sandal ramah lingkungan. Setiap pasang dibuat dengan menggunakan bahan karet sisa, termasuk dengan pola zigzag sebagai signature-nya. Sandal yang cocok untuk mengisi koleksi musim panas Anda, juga dilengkapi dengan tas rajut daur ulang Missoni.

Koleksi ini tersedia dalam dua pilihan, yaitu Top untuk pria, dan Slim untuk wanita. Koleksi Slim akan semakin mencerahkan kaki para wanita dengan warna lemon, dengan pola zigzag dengan warna-warna cerah. Bagian sol-nya dilengkapi dengan facelift untuk emberi tampilan lebih langsing dan anggun. Sedangkan para pria akan dimanjakan dengan koleksi Top yang memberikan corak geometris berwarna merah, putih, hitam, dan biru dalam tiap pasang sandalnya. 

Koleksi ini bisa Anda dapatkan dengan harga sekitar 70 - 130 dolar AS. Mengingat Indonesia sedang kering hujan, semoga koleksi ini bisa segera sampai di Indonesia, ya!

Sumber: http://www.venusbuzz.com/archives/23810/missoni-havaianas-2012/

Saturday, May 26, 2012

ESPRIT Luncurkan Koleksi Ramah Lingkungan!


Brand asal Hong Kong ini akhirnya ikut serta (seperti yang dilakukan oleh H&M, Marks & Spencer, serta Topman) dalam membuat koleksi khusus ramah lingkungan, yang diberi nama 'Recycled Collection by Esprit'.

Koleksi yang terdiri dari pakaian kasual dan denim ini menggunakan bahan sisa hasil produksi. Tak hanya itu, proses produksinya pun ramah lingkungan; dengan menggunakan 74% air dan 18% listrik yang lebih sedikit dari proses produksi garmen pada umumnya. Dan berdasarkan perusahaan tersebut, langkah ini berhasil menurunkan gas rumah kaca sampai 54% per item.

Koleksi Esprit ini merupakan hasil kolaborasi dengan Janko lam, pemenang EcoChic design Award tahun 2011. Dengan ini, Esprit ikut 'berperang' untuk mengurangi limbah tekstil dan turut mendukung produksi yang berkelanjutan dalam industri garmen dunia. Dukung!



Foto: Ecouterre

Saturday, April 28, 2012

Shwopping ala Marks & Spencer

Selalu ada perasaan menyenangkan melihat semakin banyak brand yang peduli lingkungan, seperti Marks & Spencer (M&S) yang baru-baru ini membuka toko barunya yang eco-friendly di Brick Land, London Timur. Gedungnya sendiri tertutup oleh tumpukan pakaian-pakaian yang disumbangkan, yang merepresentasikan sejumlah dua juta ton pakaian yang berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Ingrris setiap tahunnya. Dengan berkolaborasi dengan Oxfam dan London College of Fashion, M&S memperkenalkan gagasan "shwopping:" untuk setiap pakaian yang dibeli, M&S mengharapkan para pelanggan untuk menukar salah satu barang dengan merk apapun, yang nantinya akan disumbangkan melalui lembaga Oxfam. Tujuan utamanya adalah untuk "mengumpulkan pakaian sebanyak pakaian yang telah terjual (oleh M&S)". Ide "shwopping" adalah pengurangan limbah. Brand besar asal Inggris yang punya 21 juta pelanggan setiap minggunya, juga tengah meningkatkan beberapa bidang seperti efisiensi energi, packaging, sumber makanan, dan juga konsumsi sumber daya. Other should be inspired!
M&S store at Brick Land, East London (Ecosalon)

Monday, March 5, 2012

Go Green Ala: Dominique Diyose

Foto: Dok. pribadi


"Saya bukan tipe yang ekstrim dalam menjaga lingkungan, tapi yang selalu saya terapkan adalah dengan membuang sampah pada tempatnya. Kalau memang saat itu tidak ada tong sampah, biasanya saya simpan dulu baru saya buang kalau kemudian. Pernah, saya menegur keras om saya sendiri ketika beliau mau buang botol plastik dari dalam mobil. Hahahahaha! Tapi, kadang memang sikap tegas seperti itu diperlukan".